Ketika tahun ajaran baru mulai bergulir, banyak anak (murid) yang 'kaget' ketika menyelesaikan tugas pekerjaan rumah (PR) terutama matematika, ternyata mereka tidak mampu mengerjakannya. Ortu pada awalnya mungkin mencoba mengajari tetapi akhirnya menyadari bahwa kemampuannya terbatas baik dari segi ketersediaan waktu maupun kemampuan mengajari anak.
Ketidaksanggupan ortu mengajari anak dapat disebabkan berbagai hal:
- Orang tua terlalu sangat sibuk 'mencari uang' sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu dengan anak. Waktu bertemu anak hanya pagi hari ketika terburu-buru mempersiapkan anak berangkat ke sekolah, sore dan malam hari. Beberapa ortu bahkan hanya bertemu anak pada malam hari dan hari libur (Sabtu, Minggu) saja.
- Orang tua tu sudah lupa dengan pelajaran sekolah dan tidak mau merepotkan diri belajar kembali untuk mengajari anak.
- Orang tua menganggap segala sesuatunya akan beres bila menyerahkan pendidikan anak kepada guru sekolah atau bahkan kepada guru les privat ke rumah.
Dampak merugikan les dari guru sekolah
Dampak merugikan memberi anak kepada guru privat dari guru sekolah, antara lain:
A. Dampak merugikan bagi murid
Banyak orang tua murid yang tidak menyadari bahwasanya lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungan yang didapat bila anak mengambil les kepada guru les privat di sekolah, antara lain:
- Anak bisa jadi sangat tergantung kepada les. Bila suatu saat les dihentikan maka bisa jadi ia tidak mampu belajar sendiri.
- Anak menerima konsep belajar yang keliru, apalagi bila guru les hanya berorientasi untuk mencari tambahan penghasilan, bukan memerioritaskan kemajuan pendidikan anak.
- Terjadi subjektifitas pada proses penilaian, anak yang mengambil les akan memeroleh nilai lebih tinggi karena 'lebih diperhatikan', juga anak yang les sudah mendapatkan kisi-kisi (dan kunci) sebelumnya, sedangkan murid yang tidak ikut les akan mendapat nilai lebih rendah.
- Jatah istirahat anak berkurang. Lama belajar di sekolah memanjang jadi 7 sampai 8 jam perhari, padahal anak perlu pula beristirahat/tidur selama 8 - 10 jam sehari. Akibat lebih jauh, anak mungkin mengalami kelelahan pada malam hari sehingga sulit berinteraksi dengan baik di dalam keluarga. Penelitian telah membuktikan bahwasanya tidur siang dapat memulihkan kemampuan otak dan tidur yang cukup sangat diperlukan anak untuk menyetimulasi pertumbuhan dan perkembangan struktur tubuh dan otaknya.
- Jatah bermain (baca: bersosialisasi dan berinteraksi) anak dengan teman sebaya berkurang, anak terlalu banyak duduk, terlalu banyak melihat dekat dan kurang bergerak. Padahal, anak perlu bermain beberapa jam sehari dengan teman sebaya untuk melatih interaksi dan sosialisasi, bahasa, gerakan kompleks, kemampuan kognitif, kreatifitas, dll.
- Murid-murid lain yang tidak mengambil les pada guru private, kemungkinan besar akan menerima mutu pendidikan yang kurang berkualitas. Alasannya, sang guru bisa jadi tidak sepenuh hati ketika mengajar di kelas yang sesungguhnya sebab kurangnya perhatian guru pada perkembangan murid-murid lain yang tidak mengambil les padanya. Kasihan donk ... murid-murid yang tidak les. Atau guru sengaja mengurangi kualitas mengajar supaya lebih banyak murid yang membutuhkan les darinya.
0 komentar:
Posting Komentar